Mengaji bisa jadi cara untuk menjaga Silahtuhrahmi?



 

Indonesia terkenal memiliki keragaman budaya dan suku bangsa yang tersebar di berbagai wilayah. Oleh karena itu, Indonesia memiliki banyak tradisi unik, salah satunya adalah tradisi lebaran. Lebaran merupakan salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim setiap tahunnya, sehingga tidak heran jika semua orang merayakannya dengan tradisi khas daerah masing-masing.

Ditempat aku tinggal terdapat tradisi lebaran yaitu pengajian makam, pengajian yang biasanya diadakan di sebuah masjid, mushola, lembaga atau rumah. Namun di tempat aku tinggal di kelurahan Rangkapan Jaya tepatnya dikota Depok, mempunyai sebuah tradisi yaitu pengajian makam yang rutin diadakan setiap setahun sekali tepatnya setelah hari raya Idul Fitri.

Pada tahun ini pengajian makam tersebut diadakan pada 24 – 27 April 2023, dengan Diadakannya pengajian makam tersebut bertujuan untuk mendoakan para leluhur yang sudah tiada sekaligus sebagai pengingat para warga pengajian yang hadir tentang kematian yang sejatinya tinggal menunggu waktu saja dan bisa terjadi kapan saja, selain itu juga untuk mempererat tali silahturahmi antar warga.

Dalam pengajian makam tersebut hanya diperuntukan untuk laki laki saja, lalu biasanya mendapat giliran setiap Rt dihari yang berbeda, di tempat aku tinggal tepatnya di Rt 02 mendapat gilirah hari pertama yaitu pada tanggal 24 April 2023.  Di Rt aku tinggal biasanya satu hari sebelum pengajian para panitia keliling kampung untuk meminta kolektif bantuan berupa uang atau makanan untuk digunakan pada pengajian makam nantinya.

Dari keterlibatan ayahku yang dari dulu selalu ikut pengajian makam bergumul rasa penasaranku, setelah aku tau bahwa ayahku cukup aktif di pengajian makam tersebut  Dikepalaku timbul beberapa pertanyaan, seperti mengapa pengajian makam ini bisa terbentuk?, siapa penggagasanya?,  di tahun berapa tradisi pengajian makam ini dimulai?, mengapa tradisi makam tersebut bisa langgeng hingga sekarang? Dan juga pertanyaan lainnya yang mengalir dikepalaku pada saat itu.

Akhirnya hari h pun tiba setelah ba’da isya aku datang ke pengajian makam tersebut yang jaraknya lumayan jauh jika harus ditempuh dengan berjalan kaki, lalu aku dengan ayahku menggunakan sepeda motor tua milik kami yang penuh dengan kenangan. Setelah tiba ternyata cukup banyak warga yang antusias untuk mengikuti pengajian makam tersebut, entah memang ingin menjaga tradisi atau hanya sekedar mengisi waktu luang mereka. Aku pikir pengajian makam tersebut dilakukan diatas tanah makam itu sendiri ternyata tidak, dilaksanakan didepan pintu masuk makam yang terdapat sebuah aula.

Sambil menunggu warga yang lain datang terdengar hiruk pikuk obrolan antar sesama warga berbincang sembari menghisap roko ditemani dengan segelas cangkir kopi hitam yang sudah disediakan oleh panitia. Tak terasa waktu sudah menunjukan setengah delapan malam lewat pengajian akan segera dimulai, terlihat dalam pengajian tersebut didominasi kebanyakan bapak bapak dan jarang anak muda yang seumuran aku, lalu juga terdapat beberapa kakek kakek tua yang entah siapa aku belum pernah melihatnya di lingkungan tempatku tinggal.

Acara dimulai dengan muqodimah selanjutnya pembukaan lalu membaca surah yasin sebanyak tiga kali, sambutan pak Rt, lalu ceramah oleh pak ustadz, pembacaan doa dan yang terakhir penutup. Cukup lama berlangsungnya acara tersebut disela sela mengaji aku juga mencicipi beberapa makanan yang sudah tersedia yang diberi oleh beberapa warga secara kolektif.

Kemudian waktu sudah menunjukan pukul 21.30 malam dan pengajian pun berakhir dengan doa penutup. Setelah pengajian selesai warga tak langsung pulang ada yang ngobrol ada juga yang mengabadikan moment dengan berfoto foto. Akhirnya dimoment ini lah terdapat waktu senggang yang aku manfaatkan mencurahkan semua isi pertanyaan yang ada dibenak kepalaku, aku menanyakan ini kepada salah satu orang yang menurutku beliau layak menjawab beberapa penasaran dan pertanyaanku karena beliau sudah puluhan tahun tinggal didaerahku yang berkaitan dengan pengajian makam ini.

Aku berbincang bincang dengan pak Asmadih selaku menjabat Rt diwilayahku tinggal, beliau mulai menceritakan alasan terbentuknya pengajian makam ini . Menurutku ya cukup sederhana sekali terbentuknya, sekedar daripada tiap keluarga mengadakan acara doa (tahlilan) sendiri-sendiri untuk sanak keluarga yang sudah wafat, lebih baik digabung secara kolektif sembari silahturahmi antar warga. Beliau bilang dengan logat khas Betawi, "Ya, namanye orang jaman dulu ade aje inisiatifnya bikin pengajian kaye gini.”

Lalu aku menyanggah omongan beliau “lalu kenapa semua warga sepakat dengan diadakannya pengajian makam ini?” Beliau menjawab, "Dulu, makam di sini, ya, isinya kebanyakan masih pada orang sini. Ya, masih pada sodara itungannya. Jadinya, mau ngumpulin orang-orangnya gampang, bikin apa-apa juga gampang. Termasuk bikin pengajian makam ini."

Beliau juga bercerita tentang sumber konsumsi untuk orang-orang yang mengikuti pengajian makam ini ,Kata beliau, "Biasanya warga kolektifan ada yang nyumbang duit ada juga yang nyumbang berupa makanan apapun pokonya kami terima”. Ya memang Indonesia tidak lepas dari tradisi unik, salah satunya adalah tradisi setelah lebaran. Contohnya saja ditempatku tinggal ada tradisi pengajian makam yang biasa dilakukan 2 hari setelah hari raya idul fitri, awal kenapa pengajian makam tersebut bisa terbentuk juga sangat sederhana sekali yaitu berawal ingin menyatukan tahlilan dari beberapa orang saja juga sebagai silahturahmi antar warga.